My Drive

:’)

Untukmu, Ummi & Bapak………

Menatap wajahmu adalah sebuah kesejukan

Meskipun diri ini tak tahu malu selalu membuatmu marah

Tapi wajahmu yang menenangkan itulah yang selalu kurindukan

Dahulu, saat ini, dan sampai akhir hayat nanti

Aku bangga menjadi anakmu

Engkaulah orang yang paling kucintai setelah Allah dan Rasul

Engkaulah sang penunjuk jalan yang agung

Engkaulah yang mengajari aku mengenal nama-Nya

Engkaulah yang mengajari aku memahami ayat-ayat-Nya

Engkaulah yang mengajari aku untuk mengamalkannya

Di saat orang lain masih tidur terlelap

Engkau bangun untuk menghadap-Nya

Titisan air matamu membasahi pipi

Berdo’a untuk kesejahteraan keluarga

Supaya keluargamu sakinah

Supaya keluargamu  tidak lupa kepada-Nya

Supaya keluargamu  tetap mendirikan salat  tepat waktu

Supaya anak-anakmu menjadi anak-anak yang saleh dan salehah

Supaya anak-anakmu  sukses di  dunia dan akhirat

Ketika anak-anakmu masih terlelap tidur,,,

Kau bangunkan, kau bujuk supaya segera bangun

Jika adzan subuh telah berkumandang

Terkadang sampai kau marahi dan pukul mereka,

karena sangat takutnya kau akan murka-Nya …

my mather

 

 

Uncategorized

Cerita Kita

Sepanjang hari kita menghabiskan waktu bersama. Bercerita, tertawa, menikmati setiap kejadian yang kita lewati bersama. Andai waktu itu kita bisa seperti ini, tentunya cerita kita akan lebih indah. Tapi tak apalah, tetap indah meski di depan kita jurang perpisahan akan menjauhkan jarak di antara kita.

My Drive

Semua Tentang Kita (CSS MoRA IPB 47)

Image

Jakarta, 4 Mei 2010

Pengumuman kelulusan penerimaan Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) tahun 2010 dari Kementerian Agama RI sudah keluar. Ingin rasanya aku cepat-cepat mengetahuinya. Internet salah satu targetku untuk mempercepat hal ini. Tidak sempat aku minta izin sama Bapak dan Ibu untuk membuka internet, Bapak yang baru pulang dari Masjid (tempat kerja beliau) langsung memanggilku. Beliau mengatakan bahwa namaku tertera di Koran Republika yang sudah ada dalam genggaman beliau hari itu. Siti Khoiri Inayah, Institut Pertanian Bogor, Teknologi Produksi Ternak. Kubaca dengan jelas pengumuman tersebut. Muncul berbagai keraguan dan kekhawatiran yang sangat mendalam. Teknologi? Peternakan? Mau jadi apa aku?

“Kenapa In? Enggak seneng lolos beasiswa?” pertanyaan Bapak membuyarkan lamunanku.

Enggak ko Pak, Iin seneng banget. Alhamdulillah,, hehe,, “, terbata-bata aku menjawabnya. Karena jujur saja aku tidak senang akan keputusan itu. Ibu yang berdiri di samping kami hanya tersenyum.

Sebenarnya dalam hatiku yang paling dalam aku tidak mau menerimanya.Bukan aku sombong atau tidak mensyukuri anugerah terindah ini.Sungguh Ya Allah, aku tidak menyangka sama sekali aku bisa lolos seleksi PBSB yang super ketat itu. Aku hanya bertawakkal kepada-Mu atas jawaban yang kutulis dengan menyebut Asma-Mu itu.Hanya saja aku belum bisa menerima jurusan yang diberikan kepadaku. Mau jadi apa aku nanti?

Mindsetku dari kecil adalah menjadi seorang guru.Ketiga kakak kandungku semuanya sudah menjadi guru. Guru kimia adalah cita-cita terbesarku. Meskipun saat itu untuk mencapainya belum ada kepastian sama sekali, namun setidaknya SNMPTN dan UMB di UNJ yang sedang aku jalani saat itu adalah jalan tebaikku selanjutnya.

“Mau diambil tidak?,” kembali kata-kata Bapak membuyarkan lamunanku.

“Jujur Pak, sebenarnya Iin masih bingung. Iin ga suka sama jurusan yang diberikan itu. Iin khawatir jurusan teknologi seperti itu didominasi oleh laki-laki.Iin juga kurang suka sama dunia peternakan pak,” aku berusaha mengungkapkan kebenaran yang aku rasakan saat itu.

 “Ya sudah, sekarang terserah Iin saja mau diambil apa tidak. Bapak hanya mengingatkan bahwa keputusan Allah tidak akan pernah salah.”Bapak mengerti keadaanku.Beliau memang orang tua yang bijak. Bersyukur sekali aku bisa menjadi bagian dari keluarganya.

Percakapan hari itu berakhir begitu saja. Belum ada kepastian sama sekali dariku. Aku minta saran kesana-kemari. Ummi sedikit  marah dan kecewa ketika kuutarakan keputusanku untuk mengambil beasiswa itu. “Ummi ingin anak-anak Ummi cukup jadi guru saja. Punya ilmu yang banyak dan bisa bermanfaat bagi orang lain. Memberi tahu orang yang belum tahu, mengajari orang awam, dan waktu bekerjanya juga tidak menggganggu ibadah kepada Allah. Waktu salat tidak pernah terlewat dan Ummi, Bapak akan merasa  tenang di sisa usia ini dengan melihat kalian semua menjadi guru.” Panjang lebar Ummi menasehatiku.Aku hanya bisa menangis mendengarnya.

Jakarta, 05 Mei 2010

            Suasana pagi hari di Jakarta masih saja panas. Sepanas pikiranku yang bingung dengan keputusan yang akan kuambil. Pihak Pondok Pesantren sudah mengetahui kelulusanku.Hari itu juga aku menelpon Ibuku yang ada di Pondok. “Allah itu tidak pernah salah memberikan keputusan-Nya.Hanya saja manusialah yang tidak mau menerima keputusan baik itu.Tidak semua keputusan yang baik menurut manusia baik juga menurut Allah, begitu juga sebaliknya.Menjadi seorang guru tidak hanya guru di kelas saja yang mengajari murid-muridnya secara formal.Guru yang baik adalah guru bagi kehidupan dan semua orang yang mengenalinya.Iin bisa jadi guru bagi karyawan-karyawan Iin.Menjadi penggerak dan pembangun peternakan serta pertanian di pondok dan di daerah kita.”

            Nasehat Ibuku di Pondok sedikitnya memberikan pencerahan bagi pikiranku.Mungkin kata-kata seperti itulah yang aku butuhkan.Tersebar berita juga, bahwa jika aku tidak mengambil beasiswa itu, untuk tahun ke depannnya adik-adikku di Pondok tidak bisa mengikuti PBSB ini lagi.Keputusan untuk mengambil beasiswa inipun semakin bulat.Kuutarakan keputusanku kepada Ibu dan Bapak.Siang itu juga aku membatakan Bimbel yang baru aku mulai sehari yang lalu itu.

Dua hari menjalani Bimbingan Belajar (Bimbel) untuk persiapan SNMTPN sebenarnya memang membuat pikiranku pusing dan sumpek. Masa depan ada di tanganku. Aku yang akan menjalani semuanya. Aku tidak ingin lagi mengikuti tes-tes  masuk PTN. Berdasarkan itu semua, akhirnya keputusan untuk mengambil beasiswa itu segera tertanam kuat dalam diriku.Selebihnya aku bersyukur sekali lulus PBSB 2010 ini. Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang akan engkau dustakan?Alhamdulillahirobbil’alamin.

Jakarta – Sukabumi 7 Mei 2010

            Selang dua hari setelah aku memutuskan untuk mengambil beasiswa itu, aku kembali pulang ke Sukabumi.Kakakku yang nomor dua hanya mengantarkanku sampai lampu merah, Cempaka Putih. Perjalanan Jakarta – Sukabumi menjadi lebih lama dibandingkan sebelumnya. Di dalam bis, pikiranku melayang entah ke mana.Masih saja tidak menyangka lulus dan mendapat jurusan di Fakultas Peternakan IPB.

            Perjalanan pulang ini sekaligus menjadi sebuah amanah baru bagiku. Seorang santri beda dengan santri yang sudah menjadi alumni. Mengangkat nama baik almamater dan amanah serta menjadi kader penerus Pondok. Tanggal berangkat ke Bogor masih satu bulan lagi.Di Pondok sendiri sedang sibuk ujian lisan dan praktek. Aku diminta untuk menguji salah satu kelas di sana. Sekalian saja aku mempersiapkan semua persyaratan yang harus aku penuhi sebelum berangkat ke Bogor.

Bogor, 4 Juni 2010

Jumlah 60 orang dari berbagai daerah dan pondok pesantren yang berbeda-beda telah kutemui di sini.Sebelumnya bahkan aku belum pernah menginjakkan kakiku di Kota Hujan ini.Memang parah. Jarak Sukabumi – Bogor begitu dekat. Namun begitulah kenyataannya.Sama sekali aku belum pernah ke Bogor.Bahkan kepikiran untuk menetap dalam waktu yang lama maupun sebentarpun tidak pernah terlintas dalam benakku.

Beragam tipe-tipe mereka.Aku berusaha keras untuk beradaptasi dengan lingkungan baruku ini.Sedikit susahnya memang aku rasakan karena aku tipikal orang yang perasa, mudah tersinggung, dan maunya diperhatikan. Sesuai dengan kemampuanku, dua bulan matrikulasi aku jalani dengan penuh susah payah.Aku minder, aku pendiam, dan jauh dari sikap aku selama ini.Seiring berjalannya waktu, akhirnya aku bisa menepis semua itu.Aku mencoba untuk aktif, mengenal dan mendekati mereka, saling memberi, menolong, dan semua kenangan serta pelajaran hidup terindah yang telah mereka berikan kepadaku.

Aku sendiri tidak tahu seperti apa mereka menilaiku. Aku hanya berusaha memberikan dan membantu apa yang aku punya dan apa yang aku bisa. Selebihnya terserah mereka.Jelasnya, aku sangat menyayangi mereka.Mereka adalah keluargaku di sini.Terkadang perselisihan dan kerenggangan menghampiri keluarga yang baru terbentuk ini.Keluarga kecil kami yang dipimpin oleh teman dari Balikpapan dan Banten berusaha keras utuk menjadikan keluarga kecil ini tetap menyatu dan terus berjalan beriringan. Mencapai kesuksesan bersama, bercita-cita lulus dari IPB ber-60 bersama-sama, bahkan segala hal yang unik kami dapatkan dari perjalanan keluarga kecil ini. Keluarga kecil inipun kami beri nama CSS MoRA IPB 47 Ciecie.

Wisma Salsa, 7 Oktober 2011

            Wisma Salsa. Nama keren kontrakan kami yang ada di Balebak ujung ini. Setelah begitu lama teman-teman yang lain menanyakan nama kontrakan kami, akhirnya keluar nama Salsa tersebut. Dikatakan tidak kompak karena kontrakan yang lain memakai nama dari perwayangan di Indonsesia. Ada Arjuna, Srikandi, dan Anjani.

            Semuanya begitu unik bagiku.Delapan orang penghuni Salsa, enam orang diantaranya adalah orang Jawa.Selainnya yaitu aku, orang sunda dan satu lagi orang Medan. Setiap hari kami bersibuk-sibuk ria dan duka menjalani segala aktivitas kampus dan organisasi yang kami ikuti. Ada Anis yang sibuk dengan agribisnisnya, Arin dengan agronomi dan hortikulturanya, Riyah yang selalu ditemani angka-angka statistik yang sangat memusingkan bagiku, Fatimah yang super sibuk dengan teknologi pertaniannya, dan Fikri Putri Solo yang anggun dengan ekonomi sumber daya lingkungannya.

            Selebihnya, tiga orang lagi adalah aku sendiri, Nely, dan Dyah yang berkutat dengan teknologi produksi dan nutrisi peternakan. Nutrisi dalam pakan yang diberikan kepada ternak harus sesuai dengan kondisi fisik dan fungsional tubuhnya serta harus sesuai dengan standar kebutuhan ternak itu sendiri supaya menghasilkan produksi yang optimal. Begitulah kiranya salah satu inti dari semua mata kuliah yang kami bertigageluti setiap hari.

            Semua disiplin ilmu yang kami geluti saling berkaitan satu sama lain. Sesuai dengan yang telah difasilitasi IPB bagi kami untuk membangun negeri Indonesia yang kaya akan sumber daya alam ini dengan basis ilmu pertanian dalam arti luas. Merupakan suatu tanggung jawab yang besar terlebih kami dibiayai oleh lembaga yang dananya berasal dari uang rakyat Indonesia sendiri. Apa yang diberikan kepada kami menjadi amanah bagi kami untuk mngembalikannya kelak dengan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang bisa memberikan perubahan yang tidak hanya dirasakan oleh sebagian khalayak saja, namun harus dirasakan oleh masyarakat luas pada umumnya.

“Meskipun kita tidak bersama lagi, namun kita sudah mengukir sejarah persahabatan dan membangun keluarga yang sederhana di sini” (Ka Adi, 2011)

 

 

My Drive

Kangen Rumah :’)

Bogor, 28 April 2013

my mather11

Hari ini aku kembali mendengarnya menangis. Seperti biasa, menangis karena anak-anaknya. Namun bukan karena kenakalannya (untuk kali ini). Alasannya menangis  adalah karena rasa rindunya beliau pada kami, anak-ankanya dan bayangannya untuk ditinggalkan kembali. Siapa yang tidak akan sedih, namun ku coba untuk tersenyum, tertawa, dan membujuknya untuk tidak menangis.  Ummiii…

Dahulu… aku sering iri melihat teman-temanku yang selalu bercerita ketika ibunya menanyakan dia lagi apa, sudah makan atau belum, lagi di mana, bagaimana kabarnya, bagaimana kuliahnya, keuangannya, dll. Atau ketika aku melihat keluarga mereka datang menengok, mendengar percakapan mereka di telpon. Semuanya membuatku iri dan menangis. Mengapa aku tidak bisa seperti itu?? karena kondisiku adalah sebaliknya. Aku yang harus sms duluan, nelpon duluan, dan harus bersabar menunggu mereka menengokku di sini.

Namun aku tidak menuntut apa-apa.. karena aku sadar siapa diriku, keluargaku, dan bagaimana latar belakangku. Rasa iri dan sedih itu hanya sesaat. Sesaat karena keegoan diri sendiri. Selebihnya aku sangat bersyukur. Meskipun ekonomi kami pas-pasan, namun nikmat-Nya yang lain tidak pernah berhenti mengalir. Anak-anak mereka bisa kuliah sampai perguruan tinggi semuanya, amiin (tinggal 2 lagi yang belum, dan saat ini semuanya masih kuliah.

Dan begitulah kami, keluarga besar di sudut kampung yang penuh berkah. Berpisah dan bertemu karena Allah. Semoga. Amiin..

Miss u too ummii.. :’)

Jurnalistik

Menulis Editorial

Hmm.. masih ada dua PR lagi yang sedang menunggu. Ini tentang menulis. Sesuatu yang paling kusukai. Namun ini bukan hanya sekedar menulis, diperlukan waktu dan pengetahuan yang cukup untuk menuliskannya. Sumber yang dijadikan bahan tulisannya pun harus lebih dari sekedar aku menulis catatan-catatan kecil.

Bismillah,, let’s learning it.. 🙂

Pengertian Tajuk Rencana atau Editorial dalam Media Massa
Oleh : Imung Pujanarko | 05-Mar-2008, 22:35:

Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.

Tajuk rencana mempunyai sifat :

1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
3. Memiliki karakter atu konsistensi yang teratur, kepada para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana.
4. Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.

Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya tajuk rencana adalah pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.

Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam Koran harian bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.
 
Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya :
1. Hati-hati
2. Normatif
3. Cenderung konservatif
4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
5. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis

Namun tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri tajuk rencana pers papan tengah adalah :
1. Lebih berani
2. Atraktif
3. Progresif
4. Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan “tembak langsung”
5. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis

Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers papan tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks itulah yang mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat dan sikap resmi dalam tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah konsekuensi logis pers modern sebagai industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan perbedaan yang dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga berlaku universal hampir di semua negara, yang memiliki latar belakang ideology serta kepentingan yang berbeda-beda.Image

Penulis adalah dosen pada Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik, dan Ilmu Komunikasi Universitas Djuanda Bogor

My Drive

Pelajaran

Bagiku pelajaran adalah hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan ini. Hari ini, kemaren, esok, lusa, dan seterusnya merupakan suatu hal yang penuh misteri namun mengandung berjuta pelajaran yang dapat diambil, “bagi orang-orang yang mau berfikir tentunya” (Alhamdulillah masih ada dosen yang mengingatkan akan hal ini). proses pembelajaran memang pada dasarnya tidak mengenal waktu, usia, dan tempat. Siapapun kita, di manapun kita berada, dan kapanpun waktu memberikan ruang gerak bagi kita, maka sebuah proses pembelajaran akan terus mengiringi kita.

Dulu (saat itu masih duduk di MI), aku hanya berpikir belajar hanya di kelas saja, duduk manis mendengarkan guru mengajar, atau serius mengerjakan PR. Itulah proses belajar mengajar. Hanya pelajar dan pengajar yang terlibat. Mungkin saat itu pikiranku masih belum berpikiran terlalu jauh. Masa itu memang saat yang menyenangkan. Saat di mana kita hanya bisa belajar, bermain, dan membantu orang tua (itupun kadang-kadang jika disuruh, atau menggerutu, dan minta imbalan). Kalaupun dulu aku sudah berpikiran jauh seperti saat ini, tentunya banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil.

Semakin bertambah usia, proses belajar itu sungguh berat. Kamu harus tahu mana yang benar, yang salah, sesuai prosedurkah, menngganggu pihak lainkah, dan beragam pertimbangan lainnya. Inilah mungkin yang membedakan manusia dengan hewan, ya akal pikirannya.

_to be continue_  ^_^

My Drive

Menanti Hujan

 

Hujan Hati

Teringat “Madre” yang kutonton minggu lalu bersama sahabat lama di DA. Menyenangkan sekali mengenangnya. Dan saat inipun sepertinya aku merasakan sosok tokoh Tansen dalam Film tersebut. Curhat online di warnet ditemani hujan yang cukup deras sore ini. Sepertinya sudah biasa, namun suasana saja yang berbeda. Menanti hujan reda, menanti adzan magrib, serta penantian hati yang tak kunjung usai.

Di manakah kamu wahai pelangi?? Aku belum melihatmu sejak kau menghilang di kala senja itu. Namun aku masih bersyukur dapat melihat kawanmu yang sedang mengkristal. Dia sepertinya mengandung molekul air yang banyak saat itu. Hingga ketika sang surya menyinarinya, dia tidak kuasa menahn beban dan melepskan moekul air itu ke bumi. Namun sayang, angin sempat menggerakkannya perlahan. Aku tidak tahu pasti reaksinya seperti apa. Namun yang aku tahu dia sepertinya mengkristal karena terkejut dengan terpaan angin yang datang dengan tiba-tiba. Tapi kenapa refraksi cahayamu tidak nampak? apakah kecepatan gelombangmu terkalahkan? Sepertinya tidak mungkin. Semoga Allah memberikan jawaban-Nya kepadaku nanti. Amiin.

aish,, apa yang sudah kutulis?? sepertinya aku sedang menjelaskan sebagian siklus air seperti yang sudah aku jelaskan kepada anak-anak SD hari sabtu kemaren. Tak apalah. Ini yang kuinginkan. Dan hujan kembali turun membesar.. Jadi apalagi yang harus kutulis?

Mengingatnya dan akan terus mencari jawaban tentangnya?? Haruskah??

Sudah kubilang, untuk urusan ini aku tidak mau berbelit. Biarlah mengalir seperti air.

Saatnya pulang.